Kamis, 20 Oktober 2011

,

Cerpen : Ku Titipkan Ia Untukmu

Aku mengikhlaskannya karena kamu.
Sepuluh tahun sudah aku bersahabat dengan Jill, sahabatku. Sejak duduk di bangku SMA memang kami selalu bersama rasanya seperti anak kembar. Saat ini umur kami sudah menginjak 27 tahun dan baru Jill yang menikah, aku memilih menunda untuk menikah. Aku sibuk mengurus ibuku dan perusahaanku. Aku lebih peduli pada Ibu. Ayah menceraikan Ibu saat umurku genap 17 tahun. Ayah lebih memilih menikah dengan wanita lain. Kakak laki-lakiku sudah menikah dan sekarang tinggal di Luar Negeri. Aku anak terakhir dari 2 bersaudara. Ini pengabdianku pada Ibu. Setiap hari aku hanya ingin ibu tersenyum dan terus tersenyum. Jill, sibuk dengan kegiatan berkeliling pulau di Indonesia. Iya dia aktifis sosial di kantornya. Dia dari keluarga yang sangat terhormat.
Kami selalu meluangkan waktu minimal seminggu sekali untuk bertemu walau hanya bercengkrama, bercanda dan bercerita disela-sela waktu itu.  Rasanya sepeti bebas dari jeratan pekerjaan yang menunggu, bercerita panjang bersama Jill adalah menyenangkan.

***
Iya dua tahun lalu sebelum Jill dipersunting Andre. Andre memintaku untuk menemaninya mencari sesuatu dua hari sebelum pernikahannya. Iya memintaku untuk mencari barang-barang yang disukai Jill. Seharian penuh mencari hingga larut malam. Aku lelah, hingga akhirya aku tertidur. Andre mengantarkan ku pulang tapi bukan ke rumahku tapi sebuah hotel. Aku terbangun dan tersentak.
“Ngapain kita kesini Andre? Antarkan saja aku pulang, ini sudah larut malam”.
“Aku capek Sandra, aku ingin istrahat. Rumahmu masih sangat jauh.”
“Sudah biarkan aku pulang naik taksi saja”.
“Disini saja, percaya tidak akan terjadi apa-apa."
Akhirnya aku menuruti perkataannya, tapi dalam hati kecil ini tetap menolak. Hanya satu kamar kosong di Hotel itu. Ya Tuhan, aku takut. Andre menarik tanganku dan membawaku masuk ke dalam kamar hotel.
“Sudah tidak apa-apa. Aku akan menjagamu."
“Aku tetap tidak percaya Andre.”
Aku membrontak tapi aku sungguh sangat lelah. Malam itu.. Semua terjadi diluar dugaanku dan kuasaku. Andre, calon suami sahabatku telah menghancurkan masa depanku. Aku tak percaya pada Andre, aku kecewa, aku menangis, ingin rasanya aku berteriak. Andre hanya memohon padaku untuk tidak menceritakan pada Jill . Ini diluar kuasanya, tegas Andre. Ahh aku begitu kecewa, mana bisa aku berkata pada Jill tentang hal ini.
“Jika aku hamil kamu harus menikahi aku, Andre” aku dengan nada   tinggi
“Bagaimana bisa ? Lusa aku akan menikahi Jill.”
“Bagaimana katamu? Setelah begini kamu angkat tangan, lepas begitu saja. Tega kamu Andre! “
“Sekarang pilih aku atau sahabatmu, Jill !”

Ya Tuhan, apa yang harus aku perbuat. Aku harus memilih dan aku bingung. Bagaimana kalau ibuku tahu aku hamil tanpa suami? Semakin membuatku ingin lari dari masalah ini.  Egois memang, aku semakin sulit menerima sosok laki-laki di kehidupanku setelah Ayahku sekarang Andre. Argghhh…

***
Satu bulan sudah pernikahan Jill dan Andre dan aku hamil. Berulang kali aku menggunakan alat test hasilnya sama, positif. `God help me now` air mataku mengalir. Aku salah kenapa aku menerima tawaran menemani Andre hari itu. Aku hanya sebatas menghargai dia sebagai calon suami sahabatku, hanya itu. Berulang kali aku menulis pesan singkat padanya tak pernah memberi balasan. Aku mengambil kesimpulan Andre bukan lelaki yang baik.
Setelah menikah Jill memutuskan untuk ikut bersama Andre ke Bali. Andre bekerja disana, Jill mencintainya, dia tak ingin berpisah. Sejak Jill pindah hubungan kami hanya melalui webcam, telepon, dan juga pesan singkat. Jill tak mengetahui semua ini. Saat ini aku hamil muda usia kandunganku sama dengan usia pernikahan Jill. Ku beranikan berbicara ini pada Jill lewat telepon.
“aku hamil, Jill”
“Ya Tuhan? Siapa yang berani menghamilimu? Apa kamu sudah menikah
Tapi tak memberitahuku?”
“mana mungkin aku tidak memberitahumu. Aku pasti mengundangmu”.
Aku tidak bisa menceritakan semua ini kepada Jill.
“Sandra, siapa dia? Mengapa kamu lakukan itu? Bicaralah padaku?”
“Maafkan aku Jil,, saat ini aku masih belum bisa katakan padamu.”
“Kamu harus mencarinya dan minta dia menikahimu”.
“tetap tidak bisa Jill”.
Percakapan kami hanya dihiasi isak tangis. Aku memang membutuhkan Andre sebagai ayah dari anakku, tapi Jill mencintainya lebih dulu. Terlalu lancang rasanya mengambil Andre dari hidup Jill.

Usia kandunganku semakin tua. Ibu yang hanya menjagaku. Aku menceritakan semua pada Ibu. Ibu hanya mengelus kepalaku saat itu dan berkata Tuhan selalu punya cara membuat manusia bahagia. Aku tahu aku salah, ini bukan kemauanku ini salah Andre. Aku tak berhenti menyalahkannya. Rasanya dia ngga pantas memiliki Jill.

***
Sekarang aku di rumah sakit, doakan supaya persalinan ini lancar.
Aku mengirim pesan singkat pada Andre dan juga Jill. Aku berharap mereka bisa menjengukku di rumah sakit. Aku mendapat kabar bahwa Jill belum juga hamil. `Ini calon ponakkanmu Jill dan tentunya anakmu juga Jill. Aku minta maaf`. Maaf dan maaf yang bisa aku ucapkan padanya.
Tepat pukul 20.20, 20 Januari 2011 anakku lahir. Anakku seorang perempuan cantik bermata kecil dan berambut hitam lebat. Aku bersyukur Ya Tuhan aku masih dianugerahkan kesempatan untuk melahirkan walaupun tanpa seorang laki-laki yang menikahiku.
Jill tidak bisa menjengukku. Andre melarangnya bertemu denganku. Hanya melalui pesan singkat atau telepon iya memeberi selamat dan menyemangatiku.
“Aku ikut bahagia, San. Aku tahu ini berat untukmu. Tapi ini titipan Tuhan yang harus kamu jaga. Jaga dia ya”.
“Aku juga mendengar kabar, kau tak kunjung hamil. Semoga segera ya!” sambungku
“Thank you , bebi. Siapa namanya?”
“Dia aku beri nama Andra.”
Aku sengaja memberi nama Andra (Andre-Sandra). Jika Jill tau ini akan menyakitkan, tapi ini bagian dari perjalanan ceritaku. Aku ingin mengukirnya juga lewat nama tidak hanya dengan kertas dan juga tinta berwana.
“Suatu saat aku ingin bermain bersamanya, San. Jika aku datang ke Jogja”.
“Aku menunggumu disini Jill. Melihat anakku yang tumbuh cantik sepertimu.” candaku.
“Aku pasti datang, aku meridukanmu. Sudah lama kita tidak bercengkrama ya? Merasakan masa-masa muda dulu."

***
Sudah dua bulan ini aku bolak-balik ke rumah sakit. Aku divonis kanker. Aku kanker rahim. Ya Tuhan saya tahu apa yang kau beri tak melebihi batas kemampuanku. Kau mengajarkan ku rasa syukur. Aku bersyukur telah melahirkan anak sematawayangku setelah itu aku divonis kanker. Rencana apa lagi? ` apa aku masih bisa melihat anakku tumbuh menjadi seorang remaja? Aku tak tahu`
Jill, sudah dua tahun tak datang ke Jogja. Aku ingin melihatnya, melepas rindu dan tertawa bersama. Ini pasti Andre, andre yang melarangnya bertemu denganku.

Anakku sudah bisa berlari dan mengucap kata mama. Mama .Datanglah kemari Jill. Aku ingin melepas rindu.
Begitu aku mengirim sebuah pesan singkat pada Jill.
Aku akan datang bulan depan, Sandra. Tunggu aku yah. Aku ingin bertemu kamu dan anakmu.

***
Jill datang sesuai dengan permintaanku, tapi aku sedang terbaring dirumah sakit. Aku sudah stadium 4, selama satu tahun ini aku merasa lemah tak berdaya. Aku sangat menantikan kehadiran mereka.
*suara pintu
“Sandra? Apa kamu baik-baik saja? Kenapa kamu tidak ceritakan semua ini padaku? Kamu sakit?” Jill bergitu tegesa-gesa berbicara
“Aku baik-baik saja, ada ibuku yang menemaniku disini dan juga Andra.”
“Mana Andra aku ingin bertemu dengannya.”
“Kenalkan  ini tante Jill, dia teman baik mama."
Andra mencium tangan Jill. Jill menciumnya dan menggendongnya.
          “Anakmu San, dia sungguh cantik seperti ibunya”.
Aku hanya tersipu malu.
*suara pintu
          “Andre? Apa kabar? Sudah lama tidak bertemu denganmu”
Dan untuk pertama kalinya aku menjabat tangan Andre.
          “Andra sini, kenalkan itu om Andre”.
Ingin rasanya aku mengatakan padanya. Andre ini anakmu, anak yang kau lancarkan dan darah dagingmu.
          “Anakmu cantik ya Sandra, mirip denganmu. Cantik dan lincah”.
Aku memang mencintai Andre hanya karena anakku. Anakku membutuhkannya. Aku mencintainya bukan untuk melangkahi Jill tapi agar anakku punya masa depan.
Tanpa sengaja Andra menarik tangan Andre mengajaknya ke jendela besar di kamar aku dirawat.
          “coba liat om gedungnya sangat tinggi ya” celoteh Andra dengan nada bicara terpatah-patah.
Andre menatapnya, memeluknya dan menggendongnya. Suasana mulai mencair. Aku bahagia Andra bisa menerima Andre, tanpa dia tahu yang sebenarnya.
“iya yah, bagaimana coba gedung itu bisa setinggi itu? Emang mau jadi apa sih nanti?” sahut Andre.
“aku ingin buat gedung itu, seperti itu.”
Ya Tuhan, kenapa tidak dari dulu. Aku menginginkan ini sejak lama, tapi aku tetap tak bisa bersama Andre. Ibuku pun ikut tersenyum dan menangis terharu. Akhirnya anakku bisa bertemu Andre, ayah kandungnya. Andre membawanya pergi.
          “Aku ingin mengajaknya bermain di taman rumah sakit ini. Ijinkan aku                membawanya”.
          “Dengan senang hati Andre. Pergilah”.
Jill memegangku erat. Tubuhku semakin pucat. Ia memelukku erat.
          “Aku sangat merindukanmu” peluknya
“Aku juga. Sayang kita bertemu tidak di café atau restaurant seperti dulu ya tapi di rumah sakit.”
          “Tak apa Sandra. Bertemu denganmu saja aku bahagia”.
Aku masih menyimpan cerita masa laluku. Jill harus tahu tentang ini. Aku masih belum berani mengatakannya.
Jill meminta izin untuk menemui Andre bersama Andra di taman sebuah rumah sakit. Aku bahagia. Nafasku pun teratur, jantungku terasa seperti biasa. Tak merasa aku seperti sakit. Ibu..lagi-lagi ibu yang setia ada disampingku. Umur ibu sudah tak muda, seharusnya aku yang menjaganya bukan aku terbaring lemah disini. Ibu memegang erat tanganku dan mengecup keningku.

***
Satu jam berlalu. Aku sudah tak berdaya di atas tempat tidurku. Mereka kembali.
          “Ibu ? Sandra? Sandra” teriaknya kencang
          “Ia pernah menitipkan catatan kecil ini untuk aku berikan padamu."
Lalu ibu memberikannya pada Jill. Sepucuk kertas dan terdapat bekas air mataku. Andre dan Jill meneteskan air mata.

Dear Jill Sahabatku.
Maafkan aku sebelumnya, aku tak berkata jujur padamu. Andra peri kecilku itu adalah sesorang yang sangat istimewa untukku. Dia mengajarkanku banyak hal, Ikhlas, sabar, setia, dewasa dan banyak lagi.Aku tidak tahu bahwa semua ini akan terjadi. Andra adalah anak Andre. Terlalu panjang rasanya jika aku ceritakan padamu.Tanyalah pada Andre, suamimu. Semua terjadi bukan kemauanku. Aku tak pernah mencintai suamimu saat itu. Tapi setelah Andra lahir, aku harus mencintainya Bukan karena apapun tapi karena anakku. Dia harus tau Ayahya. Aku meminta untuk dia menikahiku tapi dia tidak mau. Dia mencintaimu Jill. Aku disuruh memilih antara menikah dengannya atau memilih untuk bersama denganmu. Aku tak ingin merusak apa yang telah aku rajut selama ini denganmu Jill. Aku mencintaimu, aku menyanyangimu. Maaf beribu maaf yang aku harus katakan. Semoga kamu memaafkanku Jill. Aku tahu begitu besar keinginanu memiliki anak.
Aku titip Andra, tolong jaga ia. Dia darah daging Andre. Jaga ia seperti aku menjaganya. Besarkan ia dengan kasih sayangmu. Aku tahu naluri ibu dalam dirimu sangat besar, aku percaya menitipkannya padamu. Sampaikan salamku untuk Andra dan Andre serta permohonan maafku. Aku minta agar Andre bisa menjaganya dan mencintainya sama seperti ia mencintaimu.
Aku juga titip Ibu. Maafkan aku Jill. Senyummu, senyum Andra dan Ibu akan selalu dihatiku termasuk Andre. Aku mengikhlaskannya karena kamu.
Salam sayang
Andra. :)

Sandra, kini Andra beranjak remaja. Andra begitu bahagia bersama kami. Akhirnya aku hamil anak pertamaku dengan Andre. Aku bahagia semoga kamu juga Sandra. Aku memaafkanmu dan juga Andre. Thanks God.
Aku percaya bahwa Tuhan sudah mempersiapkannya dengan Indah
–Jill-

ku titip ia untukmu :)

10 komentar:

  1. awsome...

    aku kira itu tadi cerita tentang dirimu, ketika pada bagian "hotel", aku baru sadar ini cerpen. begitu terasa nyata...

    BalasHapus
  2. hehe. hanya cerpen kang :)

    thankyu so much was read it :)

    BalasHapus
  3. semua itu karena kita hidup dan merupa pada wujud manusia yang dianugerahi beragam masalah agar kita mampu mengetuk pintu keikhlasan.

    BalasHapus
  4. setiap menjalani kehidupan ini ada beberapa hal termasuk ikhlas. betul sodara panji? :D

    BalasHapus
  5. hehe panji :"> tersipu malu..
    semoga selalu menginspirasi yaaa...

    BalasHapus
  6. sesuatu sekaliii :"

    mengharu biru. ada ya orang yang kuat kayak gitu :"

    BalasHapus
  7. makasiih sarah udah nyampe ke postingan ini :D

    BalasHapus

thanks ya sudah mengunjungi blog saya ;)